Mengintip Rutinias Pagi Santri Tunaswira SS Untuk Membangun Karakter Lewat Pembiasaan

Mengintip-Rutinias

Pagi-pagi, sekitar jam 6.30 sampai 7.00 WIB, para santri Tunaswira Sofwatus Silmi mulai berdatangan ke madrasah. Begitu mereka sampai, langsung disambut ramah sama ustadzah-ustadzah yang sudah siap di gerbang. Ada juga ustadz yang bantu jaga keamanan lalu lintas, biar semuanya tertib dan aman. Jadi santri dan orang tua yang mengantar tidak perlu khawatir.

Santri yang diantar pakai motor langsung diarahkan buat meletakkan helm di rak helm yang sudah disediakan. Rak ini sengaja disiapkan supaya helm-helm mereka tetap bersih, rapi, dan aman dari hujan kalau tiba-tiba cuaca berubah.

Setelah itu, santri akan bertemu lagi dengan ustadz atau ustadzah untuk melakukan presensi kehadiran. Serunya di sini, mereka dicatat sesuai urutan datang. Jadi yang datang duluan dapat nomor kecil, yang datang belakangan ya nomornya lebih besar. Nah, nomor urut ini dipakai nanti buat antrian makan siang. Jadi, makin pagi datangnya, makin cepet juga antri makannya.

Selesai presensi manual, santri lanjut scan barcode pakai kartu presensi santri mereka. Ini keren sih, karena sudah mulai dibiasain sistem yang rapi dan modern. Habis scan, mereka langsung ke loker masing-masing buat naruh tas dan barang-barang.

Tapi sebelum tas disimpan, ada tugas kecil dulu. Mereka harus mengeluarkan BPH (Buku Prestasi Harian) sama satu map berisi Al Matsurat, doa harian, dan hadits-hadits pilihan. Map ini mereka taruh di meja ustadzah. Ini penting sekali, karena semua catatan prestasi dan hafalan mereka ada di situ.

Kalau sudah beres, santri bersiap untuk sholat dhuha dan dzikir pagi di masjid kayu Tunaswira yang adem banget suasananya. Buat yang belum wudhu dari rumah, mereka langsung menuju tempat wudhu yang sudah dipisah antara putra dan putri. Sambil wudhu, mereka sekalian mempraktikkan tata cara wudhu yang benar, seperti yang diajarin di kelas.

Kadang-kadang, sebelum sholat dhuha dimulai tepat jam 7, ada sesi murojaah (mengulang hafalan) yang dibimbing sama ustadzah. Ini nggak setiap hari, tapi kalau ada, lumayan banget buat mengisi waktu sambil menunggu rutinan pagi.

Begitu sholat dhuha selesai, semua santri membaca doa setelah sholat dhuha bareng-bareng, lalu lanjut baca Al Matsurat. Ini bagian penting, karena mereka dibiasain untuk berdzikir dan berdoa supaya hari-hari mereka penuh keberkahan dan perlindungan dari Allah SWT.

Setelah dzikir, lanjut percakapan bahasa Arab dan Inggris. Di sini mereka belajar hafalan kosakata baru. Tidak cuma itu, mereka juga menghafal doa-doa harian dan hadits-hadits pilihan, biar lidahnya makin fasih dan hafalannya makin kuat.

Rangkaian kegiatan pagi belum selesai sampai di situ. Setelah semuanya selesai, santri lanjut ke sesi bugaria olahraga ringan supaya badan tetap bugar dan siap buat belajar seharian.

Baru setelah itu, mereka mulai masuk ke pembelajaran inti, yaitu tahfidz dan tahsin, menggunakan metode UMMI yang memang sudah terkenal efektif buat menghafal Al-Qur’an dengan tartil.

Kalau dipikir-pikir, semua aktivitas pagi yang mereka lakukan bukan cuma soal rutinitas saja. Tapi lebih seperti latihan kecil yang terus-menerus buat membiasakan santri hidup lebih tertib, mandiri, dan memiliki akhlak yang baik. Mulai dari hal-hal sederhana seperti meletakkan helm yang rapi, datang tepat waktu, jaga wudhu, sampai mulut yang tidak berhenti berdzikir dan berdoa. Semuanya dibiasakan pelan-pelan, tiap hari, tanpa nuntut harus langsung sempurna. Karena kita yakin sekali, karakter itu tidak tumbuh begitu aja. Dia tumbuh dari kebiasaan-kebiasaan kecil yang dijaga terus dengan sabar dan kasih sayang.

Related Posts